Menjamurnya kedai-kedai kopi spesial (specialty coffee) memberi kita banyak pilihan untuk sekadar menenggak kebutuhan kafein harian. Berdasarkan riset mendalam dan ilmiah yang saya lakukan lewat Instagram, saya bisa menyimpulkan ciri-ciri kerennya dan hip-nya sebuah kedai kopi.
1) Baristanya bertato
Makin keren kalau ditambah tindikan di hidung, telinga dan lidah, serta janggut yang harum dan rapi. Harap pastikan bahwa tato di lengan barista itu memiliki makna-makna kehidupan yang dalam serta mengandung minimal gambar satu biji kopi Arabika. 2) Ada lampu-lampu “industrial”
Bola-bola lampu retro atau Edison bulbs dengan kerangka geometris yang terkesan “apa adanya” tentunya lebih keren dibanding lampu neon putih. Sejauh ini belum ada yang menerjemahkan konsep industrial lighting ini dengan menggunakan lampu minyak.
3) Banyak elemen kayu
Mempertegas kesan alami, rustic, dan ke-Melbourne-Melbourne-an atau ke-Scandinavia-Scandinavia-an, maka kayu adalah elemen fundamental bagi disain interior sebuah kedai kopi. Kayunya jangan di-polish, jangan mengkilat. Harus masih terlihat jelas serat-seratnya. Teksturnya harus masih bisa teraba kasar.
4) Ada meja panjang kebersamaan
Supaya akrab dan punya sentuhan komunal maka meja panjang di mana orang-orang yang tidak saling kenal bisa duduk bersama-sama menjadi benda wajib di kedai kopi keren. Dapat poin bonus kalau meja itu terbuat dari sebatang kayu utuh. 5) Ada mural karya artis lokal
Lebih hebat lagi kalau mural itu melukiskan sejarah kopi, atau flavor wheels, atau proses panjang dari bibit kopi sampai jadi latte art. Inilah pengejawantahan makna kearifan lokal dalam sebuah kedai kopi. 6) Banyak petuah kopi
Slogan-slogan pengagungan kopi tersebar di pintu, tembok, jendela, sarung bantal duduk, tatakan gelas, buku menu, bahkan lantai. Beberapa ayat-ayat kopi yang paling menguatkan iman:
- “Despresso: The feeling when you’ve run out of coffee.”
- “OCD: Obsessive Coffee Disorder.”
- “Pahitnya kopi tidak sepahit hatimu.”
- “Coffee is always a good idea.”
7) Koleksi majalah Kinfolk dan Monocle
Bersama terrarium cantik maka sampul majalah-majalah keren akan menjadi pelengkap foto-foto latte art yang biasanya diletakkan di sudut-sudut meja kayu. 8) Punya fotografer khusus buat akun Instagram-nya
Akun Instagram sebuah kedai kopi keren harus tampak dua kali lebih keren. Untuk itu biaya marketing pun mencakup pembelian kamera canggih, bahkan honor fotografer khusus untuk memotret-motret steam wand saat lagi berasap-asap, espresso yang baru mengalir dari portafilter spouts, serta aksi pourover.
9) Apron, bukan celemek
Barangnya sama saja, tapi di era third wave ini jangan sampai kita salah sebut! Kalau dulu namanya teko atau ceret, maka sekarang harus disebut kettle. Kalau dulu namanya celemek, maka sekarang harus disebut apron. Tolong pastikan apron-nya minimal berbahan denim. Tentu yang paling keren adalah apron berbahan kulit yang tidak pernah tampak kotor sama sekali.
10) Anti gula
Ini puncak dari keren sekeren-kerennya. Ketika sebuah kedai kopi bersikukuh bahwa gula adalah dosa, dan tidak menyediakan gula sama sekali bagi customer yang mau bayar, maka kedai kopi itu patut dianugerahi mahkota ‘kemahakerenan’.
oleh Ve Handojo
ABCD School of Coffee
Kalau semua kedai kopi sama, lantas yang membedakan mereka apa? Rasa atau cara mereka menyambut saat kita tiba?
Nomor 1 asik tuh #eh 😀 😀 😀
pretentious af
Ditambah 1 lagi mungkin..kedai kopi tidak menyediakan nasi..heehe
sangat Ve :))
nomor 9 : dulu namanya tante, sekarang aunty~
Representasi kedai kopi masa kini 🙂
Sangat terhibur dengan study yg ‘sangat mendalam’ ini. Semoga bisa menjadi acuan untuk seluruh coffeeshop aka warung kopi seperti prasasti 10 pokok program PKK yg selalu (dulu) ada di ujung gang setiap jalan.
Percuma saja kalau 10 tanda keren di atas tapi kemampuan barista dan rekomendasi kopinya tidak sesuai. ITS ABOUT TASTE, man.
Sepakat, Artikelnya sangat menghibur dan sedikit sarcasm. Memang betul pola-pola kedai kopi kekinian zaman sekarang seperti ini. Semakin bagus meja panjangnya semakin okeh buat nongkrong
kedai kopi dengan status “kemahakerenan” …hmmmmm