Sebagai penyelenggara rangkaian kompetisi seduh nasional dalam Indonesia Coffee Events (ICE) 2017, Barista Guild Indonesia (BGI) menonaktifkan Yoshua Tanu dari jabatan Ketua BGI. Pada ajang kompetisi barista nasional Indonesia Barista Championship (IBC) tahun ini, pemegang gelar juara IBC dua tahun berturut-turut tersebut akan kembali bertanding demi memperbaiki peringkatnya di World Barista Championship.
Ketua ICE 2017 Cindy Herlin Marta menjelaskan, pelepasan jabatan Ketua BGI dari Yoshua Tanu ini sesungguhnya sudah efektif sejak sebelum ICE 2017 Eastern Championships di Bali, 2-4 Desember 2016 lalu diadakan. Namun, lanjut Cindy, keputusan ini memang belum diumumkan secara resmi oleh BGI.
“Kita (lagi—red) nggak ada kegiatan di BGI,” jelas Cindy Herlin Marta, saat ditemui Kopikini.com, Selasa (10/1) lalu. “Jadi kita juga nggak announce.”
Pada babak penyisihan wilayah Timur (Eastern Championships) Desember lalu, Yoshua Tanu masih terlibat di kepanitiaan BGI sebagai pencari dana di divisi sponsorship bersama Muhammad Aga. Untuk babak penyisihan wilayah Barat (Western Championships), Yoshua Tanu akan turun sebagai peserta dan sama sekali tidak terlibat perihal teknis penyelenggaraan.
“Off sama sekali, nggak boleh ikut serta apapun,” tegas Cindy. “Dia nggak tahu sama sekali. Teknisnya, dia nggak tahu.”

Ketua ICE 2017, Cindy Herlin Marta, di tengah perhelatan Eastern Championships.
Dengan tuntutan untuk membuat minuman yang terdiri dari 4 cangkir espresso & 4 cangkir kopi berbahan dasar susu (milk-based drink), IBC memiliki tingkat kerumitan yang lebih dibandingkan ajang kompetisi ILAC, IBrC, & ICTC. Dengan batas waktu 10 menit yang diberikan, para barista mau tidak mau harus bekerja dengan ritme yang efektif dan efisien untuk menghasilkan 8 cangkir minuman.
Selain dinilai dari segi kepiawaian teknis & kerapihan ritme kerja, performa barista di ajang IBC juga menuntut keterampilan presentasi dan berinteraksi dengan juri. Tak luput, cita rasa kopi jadi elemen penting yang akan dinilai oleh 4 (empat) orang juri indera (sensory judge). Ritme kerja barista dinilai oleh 2 (dua) juri teknis (technical judge), dan keterampilan presentasi oleh 1 (satu) orang juri kepala (head judge).
Dalam membuat penilaian dan menerapkan peraturan kompetisi di ICE 2017, BGI mengacu pada butir-butir peraturan World Coffee Events 2016. Untuk cabang kejuaraan barista, World Barista Championships menyatakan mencari barista yang ‘menguasai kemampuan teknis, proses pembuatan, kemampuan komunikasi, kemampuan melayani, dan menjiwai profesi barista.’

Tabulasi penilaian (score sheet) World Barista Championship 2016 untuk juri teknis (technical judge), yang dijadikan acuan Barista Guild Indonesia untuk penilaian IBC 2017.
Menurut Cindy, rutinitas sehari-hari barista di kedai saja tak cukup sebagai modal latihan. Untuk mencapai ini, lanjut Cindy, peserta idealnya berlatih rutin 3 ronde sehari selama minimal 6 bulan.
“Misalnya nih, bisa jadi ya coffee shop si (barista peserta—red) sepi. Berarti nggak cukup dong kalau dia mengandalkan performa dia di kafe saja,” jelas Cindy. “Sedangkan di kompetisi, lo harus cepet mampus. Lo harus konsentrasi. Dan lo harus fokus banget.”
Pengamat industri kopi Toni Wahid, dalam Cikopi.com, pernah menggambarkan bagaimana Yoshua Tanu berlatih secara ‘spartan’ selama dua jam sehari, selama 6 bulan. Mengantongi gelar sebagai juara IBC 2014 & 2015, Yoshua Tanu juga berpengalaman berlaga di tingkat dunia pada World Barista Championship (WBC) 2014 & 2016. Pada ajang WBC 2016, Yoshua Tanu berhasil mengamankan posisi ke-15 untuk Indonesia.

Yoshua Tanu, saat berlaga di World Barista Championship 2016 di Dublin, Irlandia.
Namun, rekor juara berturut-turut Indonesia Barista Championship (IBC) yang dicetak Yoshua Tanu rupanya tidak cukup mengundang untuk dipatahkan. Ketua ICE 2017 Cindy Herlin Marta mengamati bahwa tahun ini IBC menjadi cabang yang paling sepi peminat. Sampai Selasa (10/1) lalu, jumlah peserta IBC yang terkumpul adalah 26 orang dari 48 slot yang tersedia.
Terlepas dari jumlah pesertanya, BGI selaku penyelenggara rangkaian lomba dalam ICE 2017 menetapkan target yang tinggi bagi para juara tahun ini. Sebagai asosiasi profesi barista nasional yang pertama kali memegang lisensi penyelenggaraan lomba-lomba ICE 2017, BGI menargetkan para juara IBC, IBrC, ILAC, & ICTC tahun ini untuk meraih posisi 10 besar di level dunia.
Ajang Indonesia Barista Championship (IBC) Western Championships akan berlangsung kurang dari sebulan lagi pada 10-12 Februari 2017 di Kuningan City, dalam rangkaian Indonesia Coffee Events (ICE) 2017 Western Championships yang meliputi rangkaian kompetisi latte-art ‘ILAC’, kompetisi seduh manual ‘IBrC’, dan kompetisi cicip kopi ‘ICTC’.
(Liputan, tulisan, & suntingan oleh Klara Virencia;
foto oleh Andreansyah Dimas.
Tabulasi penilaian juri teknis WBC 2016 disadur dari worldcoffeeevents.org)
[REVISI 17 Januari 2017, 19.50: Keterangan ‘Selasa (10/11)’ menjadi ‘Selasa (10/1).]