Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengajak pemerhati kopi dan masyarakat dunia untuk lebih dekat dengan kopi Papua melalui Program “Dengan Bangga Menyeduh Kopi Papua”. Peluncuran program ini dilakukan di Kabupaten Dogiyai, Papua, Sabtu (11/6) kemarin.

Peresmian program ‘Dengan Bangga Menyeduh Kopi Papua’ di Kabupaten Dogiyai, Sabtu (11/6). Foto: tribratanews.com
“Provinsi Papua menyimpan potensi kopi berkelas dunia. Papua menjadi salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia yang sangat diminati, selain kopi Gayo, Mandailing, Jawa, Toraja, Sumatra, dan Sulawesi,” ujar Menteri Thomas Lembong.
Dinas Perkebunan Provinsi Papua mencatat 16 petani kopi di Papua yang tersebar di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Dogiyai. Menteri Thomas Lembong menambahkan, sejumlah pemerhati kopi di Jakarta turut serta dalam kampanye ini. Bersama Pemerintah Pusat, mereka diajak memberkan edukasi mengenai teknik budi daya, pengolahan pascapanen, dan pemasaran. Kegiatan ini menyasar peningkatan kesejahteraan petani.
“Kita tahu bahwa konsumen rela membayar mahal untuk kopi yang nikmat, namun sayangnya petani kurang mengetahui harga jual kopi di pasaran,” lanjut Menteri Thomas Lembong.

Foto: kinciakincia.com
10 kecamatan di Kabupaten Dogiyai menyimpan potensi kopi, namun belum maksimal dari segi produksi. Saat ini, proses pengolahan kopi di Dogiyai masih tradisional. Mesin-mesin seperti mesin penumbuk yang digunakan pun masih sisa peninggalan Belanda dan belum ada peremajaan. Proses penjemuran dan pengupasan kulit masih manual, serta kopi disangrai dengan kompor dan ditumbuk.
Perkebunan kopi di Kabupaten Dogiyai merupakan peninggalan misionaris Belanda pada tahun 1890-an. Di era kolonial, sebagian besar masyarakat Dogiyai adalah petani kopi. Seiring berubahnya zaman, masyarakat mulai jarang menanam kopi dan beralih profesi menjadi buruh bangunan untuk mendapatkan uang lebih cepat.
Disadur dari kemendag.go.id & kompas.com