Suatu ketika, takdir mempertemukan Kopi Mandailing asal Sumatera dengan Nyonya Erna Knutsen, legenda kopi dunia sekaligus salah satu penggagas SCAA (Specialty Coffee Association of America). Kala itu, Erna masih jadi sekretaris di sebuah kedai kopi. Seorang bocah dari Stanford masuk ke kedainya, menyapa Erna.
“Aku akan ke New York membawa ini,” ujar si bocah Stanford, menggebuk tasnya. “Ayolah, kita panggang dan cicip di sini,” bujuk Erna.
Sebagai salah satu dari sedikit wanita di kedai kopi di tahun 1980-an, Erna hanya bisa duduk manis menunggu rekan-rekan lelakinya memanggang dan meracik biji kopi asing itu. Apa yang terjadi selanjutnya merupakan awal mula kisah cinta Erna dengan kopi Mandailing.
Erna Knutsen mengenang jatuh cintanya dengan Mandailing, mulai menit 7.49
“Sampai hari ini, (Mandailing) kopi favorit saya. Sebagian besar dari kalian pasti sudah pernah coba ‘kan? Mandailing Sumatra, ya Tuhan, sangat creamy!” Kenang Erna, memutar matanya antusias. Erna menyampaikan kisah ini pada upacara pembukaan SCAA Expo 2014.
Affair antara Erna dengan Mandailing Sumatera kembali bergaung pada pembukaan SCAA Expo 2016, dalam video yang bertajuk “Tribute to Indonesia Coffee”. Di ajang eksibisi tahunan yang mempertemukan pecinta kopi dari seluruh dunia ini, Indonesia menempati posisi spesial sebagai “2016 Official Portrait Country”.
Keunggulan kopi Indonesia terletak pada aroma tanah dan herbal yang unik, sukses menghantarkan Indonesia sebagai eksportir specialty coffee jenis Arabika terbesar kedua di dunia.

Menteri Perdagangan, Thomas T. Lembong, didampingi oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Nus Nuzulia Ishak, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar, Willem Petrus Riwu serta Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis, Ni Made Ayu Marthini, menggelar Konferensi Pers Pre Event Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 yang berlangsung di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia Shopping Town, Jumat (8/4) Foto: Kemendag RI.
Dalam pameran di Atlanta, 14-17 April 2016 lalu itu, 17 jenis kopi Indonesia ludes di tangan peserta lelang dalam waktu 3 jam. 17 jenis kopi sejumlah 200 kontainer tersebut, kesemuanya specialty coffee, laris manis menghimpun US$11.900 atau sekitar Rp 160juta. Primadona pada lelang di Paviliun Indonesia ini adalah kopi dari Gunung Puntang, Jawa Barat, yang diboyong seharga US$55/kg atau Rp 750.000,-/kg.
“Ini adalah rekor terbaru lelang kopi Indonesia,” jelas Atase Perdagangan Washington DC, Reza Pahlevi Chairul, seperti yang dikutip dalam inilah.com.
Tujuh belas specialty coffee tersebut adalah Gunung Puntang, Mekar Wangi, Manggarai, Malabar Honey, Atu Lintang, Toraja Sapan, Bluemoon Organic, Gayo Organic, Java Cibeber, Kopi Catur Washed, West Java Pasundan Honey, Arabica Toraja, Flores Golewa, Redelong, Preanger Weninggalih, Flores Ende, serta Java Temanggung.
Selain menempati posisi kedua sebagai eksportir kopi Arabika, Indonesia juga merupakan eksportir keempat terbesar di dunia pada 2015, melalui produksi 500juta kilogram kopi senilai US$ 1,2 miliar.
Untuk AS sendiri, Indonesia mengekspor 65,5 juta kilogram kopi, atau senilai US$ 281 juta. Sukses Indonesia di SCAA 2016 kemarin membuka banyak pintu bagi industri kopi Indonesia ke depannya.
Untuk pertama kalinya, wacana SCAA Origin Trip ke Indonesia terlontar. Peter Gulliano, Senior Director Symposium SCAA menjajaki kegiatan ini bersama Delegasi RI. Kunjungan ini rencananya akan diselenggarakan Oktober.

Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016, salah satu ajang paling bergengsi di kalangan penggiat kopi. Foto: Otten Coffee.
Disadur dari antaranews.com, rappler.com,
embassyofindonesia.org, & prudge.com