Jual Beli Kopi, Jual Beli Hati

Jikalau Aceh Gayo saat ini jadi anak emas kopi nusantara, konon pertama kali kopi masuk Indonesia melalui Malabar, Bandung. Petani M. Alex berbagi soal asal muasal mencuatnya pohon kopi di tanah itu.

“Konon ceritanya, kopi itu sudah ada sejak jaman VOC di Pangalengan,” Alex memulai. Nama Pangalengan itu sendiri diambilnya dari julukan untuk biji kopi kering yang dimasukkan ke kaleng. “Makanya, disebut Pangalengan,” imbuhnya.

Seorang petani kopi lainnya di daerah itu, Wildan Mustofa, turut mengamini. “Dulu malah Java itu slang untuk kopi. (…) Dan Java itu awalnya dulu di Jawa Barat sini, di Priangan,” ujar Wildan, yang juga eksportir kopi ini. Baru tahun 2015 kemarin, kebun kopi Wildan panen perdana. Hasilnya langsung diekspor ke Australia, Amerika, Jepang.

Tumbuh di daerah pegunungan, Kopi Malabar subur alami melalui pupuk organik. Sembari mengajak kami berkeliling, Alex beberapa kali mencabuti rerumputan di bawah pohon-pohon kopinya, lalu melemparnya kembali begitu saja. Ketika tumpukan rumput itu busuk dan berubah menjadi pupuk alami, bermunculanlah pekerja gratis bagi para petani: ulat, cacing, dan makhluk-makhluk tanah lainnya.

Kerasan bercakap, Alex berpesan pada mereka yang hendak mencari kopi ke petani. Ibarat cari pasangan, kopi pun cocok-cocokan.

“Jual beli kopi itu bukan jual beli putus, tapi harus jual beli hati. Nah, kalau kopi itu jual beli hati itu, yakinlah, masalah harga itu (bisa) nego,” pesan Alex.

 

Disadur dari Viva Barista (Annisa ‘Abazh’ Amalia, Gianni Gajri,
Handoko Hendoyono, & tim Maji Piktura)

Please follow and like us:

Author Kopikini

Mari bicara kopi.

More posts by Kopikini

Leave a Reply