Kopi diseduh air panas sudah biasa. Tapi kedai yang sudah berdiri hampir satu setengah abad ini rupanya punya cara sendiri buat mengolah es kopi. Nggak pake diseduh dulu, langsung dengan tetesan dari balok es batu. Hasilnya? Ice-brewed coffee a la Koffie Warung Tinggi!

Puncak menara tetes, berisi air es. Foto: cuplikan dari Indonesia Morning Show, NET

Bukan sekadar ditambahkan es. Khas Warung Tinggi. Foto: cuplikan dari Indonesia Morning Show, NET
Kedai yang pernah sekali waktu bernama ‘Tek Soen Hoo’ ini sudah ada sejak 1878 di jalan Hayam Wuruk. Seiring berjalannya waktu, Tek Soen Hoo berubah jadi ‘Warung Tinggi’. Sederhana saja, bangunan Tek Soen Hoo saat itu lebih tinggi dari bangunan-bangunan di sekitarnya. Bermula sebagai warung kopi tradisional, kini Warung Tinggi berubah menjadi kedai kopi modern dengan sentuhan lawas.

Bar bernuansa kolonial. Foto: Eats and Treats
Bertempat di lantai 5 Mall Grand Indonesia, Warung Tinggi hadir dengan dekorasi khas Belanda dan ukiran a la Tionghoa. Perpaduan elemen kayu pada jendela dan pintu. Perpaduan lemari kayu berisi piring-piring antik, serta penggiling kopi tradisional, dengan penerangan remang-remang memberikan sentuhan klasik di Warung Tinggi.

Aksen oriental pada kusen jendela. Foto: Eats and Treats

Pajangan oriental menambah nuansa klasik. Foto: Eats and Treats
Suasana antik di Warung Tinggi tidak berhenti sampai di dekorasi. Makanan dan cemilan tradisional khas Hindia-Belanda juga siap setia memanjakan lidah. Mulai dari martabak manis mini dengan taburan biskuit coklat, hingga ice-blended klapeertart menjanjikan sensasi lampau di lidah mereka yang mampir di mari.

Martabak mini ber-topping durian. Foto: uniuna.wordpress.com

Topping ovomaltine, kaya di lidah. Foto: uniuna.wordpress.com
Disadur dari Indonesia Morning Show NET, jktgo.com,
eatandtreats.blogspot.co.id, & uniuna.wordpress.com